Kisah Dompet yang Hilang,
Nilai Sebuah Kejujuran
Sebuah
pengalaman yang menyentuh saya alami sendiri dua hari yang lalu. Kejujuran,
yang merupakan "barang" langka di zaman sekarang, masih saya jumpai
di dalam sosok seorang supir taksi sederhana.
Cerita berawal dari jadwal saya untuk berseminar dalam rangka undangan dari
BCA Kanwil XI di Balikpapan, pada hari Rabu, 27 Mei 2009. Seminar dijadwalkan
berlangsung pukul 14.00 siang itu. Saya sudah tiba di sana dua jam sebelumnya.
Saya berkesempatan bertemu dan meluangkan waktu bersama seorang teman, Bapak Boge.
Beliau mengajak saya untuk makan siang di restoran miliknya, sebuah restoran
ayam goreng terkenal, Boyolali. Saya langsung menyetujuinya.
Karena supir Pak Boge hanya mengantar beliau ke hotel tempat saya menginap,
Hotel Menara Bahtera, dan langsung pergi mengurus kepentingan yang lain, kami
pun pergi ke restoran dengan naik taksi. Jadwal seminar yang akan berlangsung
tidak lama lagi, membuat saya harus langsung kembali ke hotel setelah makan
siang, dan bersiap-siap.
Namun, saat hendak memulai seminar, saya baru menyadari, dompet saya
hilang! Kepanikan melanda saya. Maklum, kartu identitas dan beberapa kartu
kredit ada di dalamnya, dan tidak sedikit uang yang tersimpan di dalamnya. Staf
keamanan hotel ikut membantu mencari, dan mencoba menghubungi supir taksi yang
tadi mengantar saya ke restoran. Karena, siapa tahu dompet saya terjatuh di
dalam taksi. Bahkan Pak Boge juga ikut membantu. Tak terkecuali Bapak
Harijanto, Kakanwil BCA wilayah XI, langsung membantu memblokir kartu kredit
BCA saya, untuk mejaga agar kartu kredit saya tidak disalahgunakan.
Dengan konsentrasi penuh pada topik yang saya bawakan, seminar pun
berlangsung dengan seharusnya, lancar dan penuh semangat. Saat jeda istirahat,
di dalam lubuk hati yang terdalam, tiba-tiba muncul perasaan yang mengatakan
bahwa dompet saya akan kembali dalam keadaan utuh. Perasaan itu timbul begitu
saja, yang sempat saya utarakan kepada asisten saya yang mendampingi waktu itu,
David. Dan, memang benar itu terjadi!
Telah berulang kali saya buktikan, dengan keyakinan yang teguh, apa pun
yang Anda harapkan, bisa terwujud! Supir taksi yang tadi mengantar saya dan Pak
Boge ke restoran, sudah menunggu saya saat seminar selesai. Ia pun menyerahkan
dompet saya, masih dalam keadaan utuh, tidak ada kekurangan apa pun.
Mengalirlah sebuah cerita yang menyentuh dari mulutnya. Katanya, seorang
penumpang setelah saya, menemukan dompet itu dan langsung menyerahkan
kepadanya. Si supir pun tanpa pikir panjang, datang ke tempat saya untuk
mengembalikan dompet itu. Saya benar-benar merasa takjub dengan kejujuran yang
dimiliki supir taksi, juga penumpang yang menemukan dompet tersebut.
Sebagai tanda terima kasih dan penghargaan atas sebuah kejujuran dan
kebaikan yang telah dilakukannya, saya pun memberikan supir taksi itu sejumlah uang,
juga kepada para staf kemanan yang telah membantu. Dengan harapan, semoga ke
depannya, perbuatan baik akan selalu dilakukan.
Dari sini kita tahu, semua hal yang terjadi dalam kehidupan ini tersambung
dalam sebuah mata rantai. Apa yang selama ini selalu saya utarakan dalam
seminar-seminar, bahwa sudah sepatutnya kita selalu berbuat baik, telah saya
temukan contoh nyatanya. Saya telah mendapatkan pertolongan dari seorang supir
taksi yang baik hati. Karena saya sadar, bisa saja dia mengaku tidak menemukan
dompet saya, dan tidak mengembalikannya kepada saya. Atau, mungkinkah juga
keyakinan saya yang begitu kuat, mendorong hal itu terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar